KESETIAAN DAN LOYALITAS

         Termasuk dari keindahan Islam seseorang adalah jika Islam tidak hanya diteguhkan dengan ibadah-ibadah yang dilakukan manusia seperti puasa, shalat, haji dll saja. Di samping itu Islam juga harus dikokohkan oleh pola jiwa (Nafsiyyah) manusia yang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam seperti diisyaratkan Allah dalam surat al Baqarah: 177; “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa “.

                Di antara akhlak-akhlak mulia itu adalah al Wafa’ (dengan segala jenisnya) seperti berikut ini:

  1. al Wafa’ bil Ahd.

    Allah berfirman:“dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.“ QS al Isra’:34 al Ahd, bukanlah sekedar kata yang diungkapkan oleh pemiliknya begitu saja tanpa ada beban kewajiban untuk ditunaikan. Al Ahd, merupakan sebuah tanggung jawab yang kelak dipertanyakan dalam Hisab sehingga Allah –pun berfirman: “dan penuhilah janji Allah jika kalian berjanji “ kata al Ahd, dinisbatkan kepada Allah karena ia wajib ditunaikan dalam kondisi apapun.

Al Wafa’ bil Ahd  secara nyata bisa terlihat dalam langkah dan usaha untuk memenuhi hak orang lain yang memiliki keterikatan sebagaimana seorang anak berusaha memenuhi kewajiban berbakti kepada orang tua atau sebaliknya orang tua yang berusaha memenuhi hak anak-anaknya. Al Wafa’ bil Ahd juga bisa disaksikan dari usaha seorang murid memenuhi kewajibannya kepada sang guru atau seorang teman kepada temannya

2. al Wafa’ bil Aqd.

                Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu QS al Maidah:1.ini karena memenuhi akad-akad sebagaimana disyariatkan Islam adalah salah satu faktor terpenting keberhasilan seseorang dalam bermasyarakat, karena ia dipandang mulia dan disegani di kalangan komunitasnya.

Al Wafa’ bil Ahd  secara nyata bisa terlihat dalam langkah dan usaha untuk memenuhi hak orang lain yang memiliki keterikatan sebagaimana seorang anak berusaha memenuhi kewajiban berbakti kepada orang tua atau sebaliknya orang tua yang berusaha memenuhi hak anak-anaknya. Al Wafa’ bil Ahd juga bisa disaksikan dari usaha seorang murid memenuhi kewajibannya kepada sang guru atau seorang teman kepada temannya

3. al Wafa’ bil Wa’d

          Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidakkamukerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” QS As Shaff:2-3.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Janji adalah hutang. Celaka bagi orang yang berjanji kemudian mengingkari. Celaka bagi orang yang berjanji kemudian mengingkari. Celaka bagi orang yang berjanji kemudian mengingkari.”HR Ibnu Asakir. (al Jami’ As Shaghir 2/68)

Janji adalah suatu usaha yang telah terucap untuk dilakukan atau diwujudkan suatu hal dimana semestinya sebelum terucap, tidak ada sedikitpun kewajiban yang harus dijalankan oleh seseorang. Akan tetapi ketika telah diucapkan maka wajib hukumnya untuk bersikap setia dan menepai janji tersebut sebagai hutang. Inilah yang dimaksud dengan al Wafa’ bil Wa’d.

                Dari sinilah kemudian akan terlepas sikap pengkhianatan dan tidak setia terhadap al Ahd, al Aqd dan al Wa’d dari kehidupan seorang muslim yang terbina dan setia. Sebab sikap tersebut sama sekali bertentangan dengan suluk Islam dan semestinya tidak ditemukan kecuali pada karakter orang-orang munafik. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tanda munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari dan jika dipercaya ia berkhianat” Muttafaq alaih. Dalam riwayat Imam Muslim ada tambahan, “Meski ia berpuasa dan shalat serta menyangka sebagai seorang muslim”.

                Nabi shallallahu alaihi wasallam juga bersabda: “Tidak ada Iman bagi orang yang tidak memiliki amanatHR Abu Dawud at Thayalisi.(al Jami’ As Shaghir 2/198) “Tidak ada iman bagi orang yang tidak (memegang)janji” HR Ibnu Najjar. (Kanzul Haqaiq fi Hadits Khairil Khalaiq. Imam Munawi 2/166)


Tausiyah Lainnya…

TAUJIH NISFU SYA’BAN 1444 H

TAUJIH NISFU SYA’BAN 1444 H

Oleh : Al Aminul Aam Persyada Al Haromain K.H. Muhammad Ihya' Ulumiddin بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ حَامِدًا...

Jejak Robbaniyun dan Ribbiyun

Jejak Robbaniyun dan Ribbiyun

Tausyiah | Abi Ihya’ Ulumiddin بسم الله الرحمن الر حيم Alloh swt berfirman: “Hendaknya kalian menjadi Robbaniyun,...

Tausiyah

Bismillahirrahmaanirrahiim DUA SISI “Dan dari segala sesuatu Kami ciptakan pasang-pasangan (dua sisi yang berbeda)...

DI BALIK KERAS NYA MUSIBAH

APA DI BALIK KERASNYA MUSIBAH? Dari Abi Hurairah Ra, bahwa Rasulullah  ﷺ senantiasa memohon perlindungan dari kerasnya...